Pabrik gula ini berdiri di tanah seluas ratusan hektar, saya gak tau seberapa luas, tapi bila di bandingkan dengan desa saya, bisa ratusan kali luas desa saya, padahal, desa saya di bagi menjadi 12 RT. so, bisa kalian bayangkan sendiri berapa luasnya. (tidak termasuk kebun tebu).
Sesuai janji saya tempo lalu, kalau saya bakal ulas semua penghuni pabrik gula sebelah desa saya. sebelum saya mulai gak ada salahnya kalau kalian melihat sekeliling kalian, karena bisa jadi, kalian tidak sendirian menikmati sajian cerita saya malam ini. ingat, kita gak pernah sendirian.
Pabrik Gula S**M***O, adalah salah satu Pabrik gula terbesar di wilayah ini. tidak hanya terbesar melainkan satu2nya pabrik yg di bangun disini.
berdirinya pabrik gula ini sendiri jauh sebelum saya lahir di dunia ini.
Besar, megah dan luas adalah hal yg membuatnya di kenal luas.
namun, jauh dari kalimat itu, ada dunia yg tidak bisa di lihat oleh mata telanjang. sesuatu yg akan membuat orang ngeri bila apa yg ada di balik nama besar pabrik itu adalah, KERAJAAN DEMIT.
banyak yg sadar atau tanpa sadar pernah mengalaminya, karena disini adalah pusatnya.
Pabrik gula ini berdiri di tanah seluas ratusan hektar, saya gak tau seberapa luas, tapi bila di bandingkan dengan desa saya, bisa ratusan kali luas desa saya, padahal, desa saya di bagi menjadi 12 RT. so, bisa kalian bayangkan sendiri berapa luasnya. (tidak termasuk kebun tebu).
sebegitu besarnya luas Pabrik, sampai2 di buat 4 zona untuk menggambarkan keseluruhan pabrik ini.
4 Zona itu, disebut dengan zona Timur, Barat, Selatan dan Utara.
saya bakal ulas perlahan2, karena apa yg saya sajikan membutuhkan detail agar kalian bisa membayangkan berdiri di sini.
terlepas dari betapa luas dan besarnya pabrik ini, batas yg paling mencolok adalah, pabrik ini diapit oleh 2 Desa, sebut saja Desa A dan Desa B.
Desa saya adalah Desa A, kenapa saya mengatakan ini, karena semua ini, nanti berhubungan satu sama lain.
Pagi itu, udara sangat dingin. saya baru aja selesai habis Sholat subuh di surah dekat rumah saya.
setelah shalat, biasanya anak2 desa akan ngumpul di depan surah. "mumpung Minggu, ayo mlaku2" kata temen saya Jamal.
semua temen2 saya, bersahut2an, setuju. saya, langsung tanya "gok ndi?"
"yo opo lek nang pabrik. bekne nemu bal tenis" (gimana kalau kedalam pabrik, kali aja nemu bola tenis)
ada hal yg selalu saya lakukan bareng anak2 desa, yaitu, masuk ke pabrik gula di samping desa, alasanya, disana banyak hal yg saya dan temen2 saya suka.
salah satunya, bola tenis.
jadi, tiap sabtu sore, para petinggi pabrik gula akan bermain di lpangan tenis di daam pabrik. satu dari banyak fasilitas untuk pekerja yg suka dengan olahraga tenis, dan biasanya banyak bola tenis yg keluar lapangan dan menghilang di rerumputan liar yg tumbuh di samping lapangan
bola itu lah yg nanti kita pungut, buat di bawa pulang. kenapa harus bola tenis?
bola tenis selain mahal, bisa di pakai untuk berbagai permainan tradisional sehingga di mata saya dan anak2 lain yg masih bocah, bola itu sama berharganya dengan mainan grade mahal.
selain bola tenis, alasan kami suka masuk ke dalam pabrik, karena suasananya, sejuk, di dalam lahan yg sebegitu luasnya, banyak pohon tua dan besar, sehingga meski siang hari, cahaya matahari tidak bisa menembus, menciptakan suasana damai dan sejuk.
lalu apalagi?
jawabanya. pohon Juwet, mangga, jambu, yg sama sekali tidak pernah di panen, di biarkan buahnya masak secara alami, karena, gk ada orang yg tertarik dengan buah itu selain kami. anak2 desa.
berangkatlah kami menuju pabrik gula, jalur yg biasa kami lalui, adalah jalur Timur.
namun, kami terhenti ketika sampai di jalur Timur. "loh, kok tutup" kata Andi.
saya baru inget, hari minggu gerbang timur di tutup, karena hari minggu adalah waktu jemaat gereja untuk berkumpul.
Gerbang timur identik dengan pagar besi tinggi, di sampingnya ada gereja.
"gereja jawi wetan" itu yg saya inget. gerejanya tidak kalah tua sama pabrik, sudah berdiri sebelum saya di lahirkan.
namun, konon, gereja ini terkenal angker. tapi, sabar, nanti akan ada waktunya buat bahas gereja ini.
saya dan yg lain, kebingungan. kayanya, bakal batal.
sampe si Udin nyeletuk. "yo opo nek liwat perumahan londo" (gimana kalau lewat perumahan belanda?"
saya, terdiam sebentar. mendengar nama perumahan londo, membuat saya begidik ngeri. karena, jauh di jalur Utara memang ada gerbang tua. gerbang itu sudah lama di tinggalkan.
di sebelahnya, ada tanah luas, berpagar, disana, berjejer rumah besar nan megah, ada sekitar 6 sampai 7 rumah dengan gaya arsitek yg sama, arsitek khas Belanda.
sejarahnya sendiri, rumah itu dulu memang bekas rumah orang2 belanda yg memiliki jabatan di pabrik gula ini.
namun, yg bikin saya merinding adalah, semua rumah itu sudah kosong bertahun2, tidak di tinggali lagi, bahkan hingga saat ini, dan cerita dari mulut ke mulut, kabarnya, banyak yg pernah melihat, seseorang berdiri di kaca, menatap kosong jalanan, ketika seseorang melintas,
mereka, melihat. Orang Belanda lengkap dengan pakaian khas mereka. tersenyum, menyambut siapapun yg lewat.
alasan kenapa temen saya ngusulin itu, karena di perumahan londo, tepatnya di rumah paling ujung ada tembok pembatas, di salah satu bagian temboknya sudah runtuh beberapa bagian, jadi dapat di panjat oleh kami yg masih anak2.
kami pun menuju jalur utara, jalan kaki menyusuri jalan
sampai disana, satu demi satu kami memanjat, melompat dan sampailah di depan rumah megah yg berjejer. hal yg paling menganggu dari rumah ini adalah gaya desain rumah ini yg hampir sama semua.
yg paling mencolok, kaca hitam besar di samping pintu.
setiap melewati rumah itu ane berusaha untuk tidak melihat ke dalam kaca itu, karena setiap melihat kaca itu, ane terbayang wajah2 belanda yg sering saya bayangin karena cerita2 yg tersebar.
namun, saya selalu gagal.
saya selalu melihat ke arah sana, memang tidak ada apa2, tapi
bulukuduk selalu merinding tiap melihatnya.
teman2 saya yg lain tampak biasa saja, berjalan tanpa beban, sedangkan saya, was2, perasaan tidak enak ketika melewati rumah itu selalu muncul tiba2. seolah2 saya sudah di tunggu oleh mereka. mereka yg menghuni perumahan Londo ini.
akhirnya saya dan yg lain sampe di jalan kecil yg menuju ke kawasan pabrik, saya bisa lihat gerbang utara yg di kerangkeng dengan rantai di belakang, akhirnya saya menyusuri jalanan itu, di timur terlihat samar2 bangunan tua sekolah TK yg di pisah dengan pagar kawat tinggi.
ada satu hal yg bikin saya bertanya2, sebuah lahan kosong yg ditumbuhi oleh pohon mangga, anehnya, di bawahnya rumput tinggi2 setinggi lutut orang dewasa, dalam hati saya bertanya, "kenapa orang pabrik gk ada yg motong rumput itu, biar bersih saja"
namun rupanya ada alasanya
lapangan tenis sudah terlihat, di samping lapangan tenis ada 2 pohon Asem yg sudah berumur puluhan tahun. besar sekali dan mencolok di bandingkan pohon2 lain, sehingga lapangan tenis begitu sejuk di tutupi rindangnya dedaunan pohon asem.
jauh di belakang lapangan tenis tepatnya di antara lahan kosong dan gedung TK, ada satu pohon lagi yg mencolok. yaitu, pohon Beringin. (sampe sekarang tahun 2019 pohon ini masih berdiri)
saya gak pernah suka pohon itu. bahkan sejak saya bersekolah di TK saya masih inget jelas kenangan
kenangan yg nanti akan saya ceritain secara perlahan. intinya, pohon itu berada di tempat yg terisolasi, butuh waktu untuk menembus tingginya rumput liar di samping lapangan tenis.
akhirnya kami masuk ke lapagan tenis, ada pintu pagar kawat di sekelilingnya,
sangat tinggi pagar kawatnya, berguna agar bola tidak keluar dari lapangan, namun selalu ada saja bola yg berhasil keluar.
disana, kami mulai mencari bola tenis yg mungkin masih ada sisa sabtu sore kemarin ketika petinggi pabrik bermain.
namun, mata saya gk fokus. saya lebih tertuju pada 2 pohon asem yg bersebelahan sama besarnya
entah disana ada apa, tapi, bulu leher saya selalu meremang setiap melihat pohon itu.
"aku nemu bal kilo"(aku nemuin bola ini loh) teriak temen saya si Jamal.
saya dan udin serta Dayat mendekat
bola segera di amankan di saku milik jamal, kami akhirnya bermain2 dahulu di lapangan tenis. tempatnya adem dan bener2 enak buat rebahan tidur, tapi, ada yg mengganjal pikiran saya, seolah2 ada yg ngelihatin saya entah darimana.
Dayat yg pertama usul. "pumpung nang kene, ayok golek jambu, wes mateng koyok'e" (mumpung disini, ayo nyari jambu, sudah matang kayanya)
biara tentang jambu, ada satu tempat dimana kami bisa menemukan banyak pohon jambu biji. jawabanya, adalah Rumah Dinas Supervisor.
akhirnya kami pergi lebih ke barat, di samping kiri kami bisa melihat berjejer rumah besar, tidak sebesar permahan londo, namun rumah disini sudah cukup besar, karena rumah ini di khsuskan untuk para Suprvisor pabrik. sayangnya, setahu saya hanya 2 atau 3 rumah yg di huni
sisanya?
sisanya? di biarkan kosong tak berpenghuni, alasanya, karena ada cerita yg sangat mengerikan yg pernah saya dengar dari seseorang di tempat ini. kisah itu adalah, di datangi pasukan POCONG.
awalnya cerita ini saya denger dari Mas Hendra.
Mas Hendra ini dari luar kota, beliau dapat kerja di pabrik ini lewat pamanya, om Ardi yg kebetulan menjabat jadi supervisor.
selama bekerja di pabrik ini. om Ardi dapat rumah dinas, dan di ajaklah mas Hendra menginap
mas Hendra nurut saja, karena memang beliau waktu itu masih muda, belum kepikiran ngekost apalagi punya rumah. singkatnya suatu malam, om Ardi pamit, katanya beliau sudah urus cuti dan rencananya mau pulang kampung. disinilah mas Hendra akan di tinggal di rumah itu sendirian.
mas Hendra yg tidak tau apa2 dan baru mengenal lingkungan ini jawab iya2 saja, toh rumahnya besar dan nyaman.
sebelum om Ardi pergi, beliau berpesan.
"Nek awakmu krungu suara opo ae, gak usah metu. tinggal turu ae yo le"
(kalau kamu denger suara apa saja, tidak usah keluar, di tinggal tidur saja ya nak)
mas Hendra cuma magut2, beliau tidak bertanya lebih rinci, mungkin hanya pesan biasa saja. pikirnya, rupanya, itu bukan sekedar pesan biasa, melainkan sebuah peringatan.
Malam semakin larut. mas Hendra duduk di teras menikmati semilir angin malam, berkawan segelas kopi dan rokok beliau memandang ke kanan kiri, namun sepi.
om Ardi sendiri bilang, samping kiri kanan rumah ada penghuninya tapi, mas Hedra tidak pernah berjumpa sama sekali.
"mungkin sudah tidur" pikir mas Hendra,
semakin larut, suara hewan malam terdengar semakin riuh, mas Hendra bersiap mau masuk rumah, namun, beliau di kejutkan oleh suara asing yg tiba2 melintas. "ngiriiikiiki" itu adalah ringkikkan kuda.
mas Hendra kaget.
"bagaimana bisa ada suara kuda di tempat seperti ini" namun, rupanya, tidak hanya sekali namun berkali2, jadi beliau mengambil senter dan jaket, mencari dimana sumber suara itu.
tanpa mas Hendra sadari, beliau meninggalkan perumahan Dinas, melangkah melewati jalanan sepi.
penerangan di kawasan pabrik memang tidak terlalu bagus, berbekal cahaya bulan. mas Hendra menelusuri jalan, ia bergerak menuju lapangan tenis, namun suara itu semakin jauh, rasa penasaran memenuhi isi kepalanya, mas Hendra tidak memikirkan apapun, lebih tepatnya belum curiga.
rupanya, tanpa mas Hendra sadari beliau sudah memasuki perumahan Londo, kali ini suara itu sudah lenyap dan mas Hendra seolah baru sadar, dia sudah berjalan sejauh ini.
berniat ingin kembali, mas Hendra mencium aroma wangi. di hirupnya aroma itu, semakin lama semakin menyengat.
penasaran, mas Hendra mengintip perumahan Londo, dari balik pohon randu. di lihatnya dengan seksama apa yg ada di depan sana.
kaget bercampur bingung. di salah satu rumah, ada sosok yg tengah berdiri, mengenakan gaun putih panjang sampai lantai, sosok itu menatap jalanan.
rambutnya pirang. posturnya tinggi, ramping dan berbau wangi. dalam kebingungan, mas Hendra baru sadar. bagaimana bisa ada orang di rumah itu, bukanya om Ardi mengatakan tempat itu kosong melompong.
rupanya perasaan mencelos itu membuat sosok itu sadar tengah di intip.
sosok itu memandang pohon randu tempat mas Hendra bersembunyi.
mas Hendra berdiam diri, mencoba agar sosok itu tidak mendekati, rupanya, wewangian itu semakin menyengat seolah sosok itu mendekatinya. mas Hendra berbalik untuk mengintip kembali. benar saja dugaanya.
none belanda itu rupanya mendekatinya, tertawa nyaris cekikikan, yg bikin mas Hendra lari terbirit2, sosok itu mendekatinya terbang. kakinya tidak menyentuh tanah sama sekali.
tak perduli kemana ia berlari, yg penting, menyelamatkan diri terlebih dahulu.
sampai akhirnya mas Hendra berhenti untuk mengistirahatkan kaki. baru sadar, ia berlari jauh ke samping lapangan tenis. di bawah 2 pohon besar ASEM rupanya mas Hendra tidak sendirian. ia, di temani oleh sosok yg sangat besar, yg di lihatnya nyaris seperti pohon Asem.
ternyata, itu adalah kakinya,
saya yg denger mas Hendra cerita, cuma begidik dan terbayang2.
tanpa pikir panjang mas Hendra kembali berlari, Rumah dinasnya beberapa ratus meter lagi, ketika akhirnya beliau sampai di pintu. mas Hendra langsung pergi tidur di kamar.
namun, rupanya. malam mengerikan ini belum berakhir, karena terorr yg selanjutnya adalah puncak terorr yg membuat mas Hendra angkat kaki dari rumah Dinas khusus Supervisor itu.
teror pasukan POCONG nan mengerikan.
masih di malam yg sama, mas Hendra berusaha melupakan apa yg baru dia lihat.
seumur2 dia belum pernah bertemu apaagi melihat hal di luar logika karena sebelumnya ia hanya mendengar dari orang2. namun, jam 1 dinihari tidak membuat mas Hendra bisa tidur, sebaliknya, ia kepikiran
wajah nona belanda rupanya benar2 membuat mas Hendra kepikiran, wajahnya menakutkan ketika tersenyum terutama ia bisa terbang.
bagaimana bila dia datang ke rumah ini. hal2 seperti itu rupanya membuat mas Hendra semakin tidak nyaman. ia berkali2 kepikiran untuk pergi, tapi kemana
rupanya, kecemasan yg merasuki mas Hendra mengaburkan sosok yg memanggil2 namanya dari luar kamarnya.
tepat di jendela, mas Hendra mendengar seseorang memanggil2.
"Mas. tolong, mas"
kaget bercampur takut, mas Hendra menjauh dari jendela.
namun, suara itu semakin nyaring karena sepertinya tidak hanya satu suara melainkan sperti bersama2. mas Hendra lari ke ruang tamu.
di ruang tamu sama sekali tidak mengurangi rasa takut mas Hendra karena suara itu semakin terdengar. akhirnya, mas Hendra memberanikan diri melihat
mas Hendra membuka selambu jendela ruang tamu yg menghadap halaman rumah, betapa terkejutnya mas Hendra rupanya di depanya, banyak sekali pocong menatap rumah mas Hendra.
tidak hanya satu, melainkan lebih dari 10 pocong mengelilingi rumah dinas itu.
mereka terus meminta tolong
semalam suntuk dan ketika adzhan subuh berkumandang, pocong itu akhirnya lenyap.
esoknya ketika om Ardi datang, dan melihat mas Hendra yg tampak shock, om Ardhi seolah2 tahu.
"koen kenek opo le?" (kamu kenapa le?)
mas Hendra segera menceritakan semuanya.
"koen iku tuman, kan wes di penging" (kamu itu ceroboh, kan sudah di larang)
disni, om Ardi bercerita, bila kedatangan pocong itu kesini biasanya di karenakan mas Hendra sudah menganggu dayangnya, yaitu nona belanda
ada keterikatan apa mas Hendra tidak mengerti namun, rupanya, ada kasta di dalam pabrik ini, sehingga bila melihat pengghuni satu biasanya akan mandatangkan penghuni lain, dan bisa di bilang, pasukan pocong itu merupakan kasta terbawah di bandingkan nona belanda.
gak yakin saya bisa nuntasin cerita ini malam ini. padahal ini masih Zona utara, dan masih banyak yg belum saya ekspos?
Lanjut apa besok aja ya di cicil?
jadi rupanya ada kasta di antara para penghuni di pabrik ini.
setiap tempat ternyata memang berpenghuni, hanya saja, kasta mereka berbeda2, ada yg paling kuat hingga paling lemah, ada yg paling ganas namun ada juga yg sekedar usil menampakkan diri. lalu, dimana yg paling kuat?
jawabanya ada di lahan kosong di samping gerbang tidak terpakai di utara. tempat dimana rumputnya tidak pernah di potong.
dahulu, sebenarnya lahan itu akan di alih fungsikan untuk parkir truk yg mengangkut tebu, jadi di lakukan pembabatan guna membebaskan lahan dari rumput liar
pekerja pabrik mulai melakukan pembersihan, rumput di babat, sampai pohon mangga disana akan di tumbangkan. namun, rupanya, hal yg mereka lakukan membawa kemarahan yg besar bagi penghuninya.
tepat setelah malam hari. semua pekerja disana, jatuh sakit.
beberapa di antaranya bermimpi, di temui seorang wanita yg sangat cantik, wanita itu berpesan agar tidak melanjutkan apa yg akan mereka kerjakan. karena bila di lanjutkan, akan terjadi hal2 yg tidak di inginkan
beberapa percaya, beberapa nekat tetap melanjutkan. keanehan terjadi
gergaji mesin yg di gunakan untuk menumbangkan pohon disana, semuanya patah, seolah pohon2 itu terbuat dari besi, tidak hanya itu, beberapa kali mereka di ganggu oleh ular yg melintas tiba2, namun, yg paling aneh, rumput yg di potong kemarin tumbuh seperti semua.
seolah2 mereka tidak pernah memotongnya sebelumnya. hal2 tidak wajar ini, membuat para pekerja ketakutan. terutama sang mandor, yg firasatnya menjadi tidak enak.
akhirnya, pak mandor memutuskan menghentikan pekerjaan sementara sekaligus memanggil orang pintar.
ketika di terawang tempat itu, si orang pintar hanya berpesan. "jangan lanjutkan. bila kalian tidak mau meregang nyawa"
bingung, sang mandor bertanya, "kenapa mbah?"
sang mandor menunjuk suatu tempat yg bisa di katakan, paling dalam di lahan kosong itu.
"itu adalah rumahnya, tempat makhluk yg tidak pernah menerima kehadiran kalian disini"
"apakah tidak bisa di usir mbah?" tanya sang mandor
si orang pintar kemudian tersenyum kecut. "berani bayar berapa kamu dengan harga nyawaku?"
si mandor terkejut. "nyawa mbah?"
"iya nyawa, saya tadi sudah berbincang sama dia. dia bilang nyawa sampeyan2 ini yg jadi taruhanya. itu pun gak akan bisa kalian babat lahan ini. mau mati konyol sampeyan?" tekan si mbah.
akhirnya si orang pintar bercerita.
Pabrik tempatmu bekerja adalah sarang kerajaan demit
kaget bercampur bingung, sang mandor bertanya kembali "maksudnya mbah?"
"ya ini pusatnya kerajaan demit. tau demit tidak?"
jadi, rupanya, penghuni lahan kosong itu adalah seorang wanita cantik namun bertubuh ular hijau. selain itu, si ratu ular ini ibaratnya adalah panglimanya
di setiap sudut pabrik, selalu ada yg terkuat dan menjaga wilayah teritorinya sendiri, termasuk di bagian utara yg di jaga oleh siluman ular.
inget saya pernah bikin thread tentang di incar penghuni pabrik, rupanya, itu masih berhubungan sama siluman ini.
karena yg mengganggu saya, itu masih anakanya. alias anak dari siluman ini, bisa di bayangkan, kalau anaknya saja butuh orang sekelas nyai asih, gimana bila mbok2anya (ratunya) , si orang pintar sampai mengatakan nyawa adalah taruhanya bila berani mengusik wilayahnya.
namun semua ini tidak berhenti sampai disini, setelah pabrik ini tutup, ada sebuah cerita yg menimpa warga desa B.
warga desa B ini, adalah seorang lelaki tua yg keseharianya mencari rumput untuk pakan ternaknya, entah tidak ada yg memberitahu atau tidak, ia tergiur
tergiur dengan rumput liar yg tumbuh di lahan kosong. tanpa berpikir panjang, ia memutuskan membabat rumput liar itu, tidak sampai setengah hari, karung yg ia bawa penuh dengan rumput untuk mengenyangkan hewan ternaknya.
ia segera pulang dengan rumput2nya, tanpa ia sadari,
ia juga membawa pulang malapetaka bersamanya.
Malamnya, ia terbaring sakit. badanya demam, panas, sudah di beri obat namun seperti tidak berpengaruh. tidak hanya itu, si lelaki tua meronta menahan sakit yg teramat sangat, seperti di siksa oleh sesuatu.
rupanya, ada orang yg tidak sengaja melewati rumahnya, ketika orang asing itu melewati rumahnya, ia kaget, karena di depan rumah lelaki tua, ada wanita bertubuh ular sedang menari2 di depan rumah.
dalam hati, orang itu hanya berkata. "sebuah bencana ada di rumah ini"
keesokan harinya, orang asing itu bertamu. ia di sambut sang isteri, bertanyalah orang itu dan akhirnya si isteri bercerita, ia meminta ijin untuk melihat lelaki tua itu.
di luar dugaan, kondisinya sudah sangat parah. bahkan beberapa kali, lelaki tua itu meracau minta mati.
lewat usul orang asing itu, si lelaki tua di bawa ke guru spiritualnya, namun rupanya, semua sudah terlambat. tarian yg di lakukan wanita ular itu adalah tarian kematian untuk si lelaki tua.
namun, semua belum berakhir. di tubuh lelaki tua itu, di temukan sisik ular.
si isteri hanya menangisi jasad suaminya yg malang. orang asing itu akhirnya memberi saran, agar pemakamanya di lakukan dengan tertutup untuk menghindari aib dan mulut orang2 tak bertanggung jawab. namun, semua orang tau akan kisah ini dan tidak begitu terkejut ktika mendengarnya
saya dan yg lainya akhirnya bergegas pulang, manakala hari sudah terik, dengan jambu biji sekresek, kita sepakat mau lewat gerbang utara, di samping lahan kosong. rupanya, Udin benar, di dekat gerbang ada kawat yg bisa di tarik sehingga kami bisa menerobos lewat.
jujur saya masih merinding tiap lihat lahan itu, auranya gelap dan mencekam. namun, saya masih inget pesan seseorang. "asal kamu gak ganggu, dia juga gak akan menganggu. mereka butuh alasan untuk menganggu"
saya berjelan menelusuri jalur utara, sampai saya melihat, gedung TK lama saya
melihat gedung Tk sekolah saya mengingatkan saya akan peristiwa itu, waktu saya masih TK, dimana ada satu peristiwa yg gak bakal pernah saya lupain, peristiwa tentang,
saya, Endah, dan pohon beringin tua, di belakang gedung sekolah, tepatnya di samping lahan kosong itu.
hal yg gak banyak orang tau adalah, saya gk bisa lihat secara langsung tapi, saya bisa memvisualisasikan sesuatu dari cerita orang lain. lalu bagaimana saya tau tentang gadis kecil yg menunggu pohon beringin?
Endah lah yg memberitahu saya pertama kali akan sosok ini.
sosok yg akan saya ceritakan malam ini.
kita balik jauh ke belakang saat saya masih TK disini.
TK ini, di bangun sama persis di samping lahan kosong, bila di lihat dari denah lokasinya cukup jauh dari lapangan tenis, namun, jaraknya cukup dengan pohon beringin.
nah, pohon beringin inilah yg akan jadi fokus cerita kita
sebelumnya, saya mau kasih tau. sampai saat ini, tanggal 6 maret 2019, pohon beringin ini masih berdiri, termasuk lahan kosong itu yg memang tidak ada yg berani menyentuhnya. jujur, saya pengen ambil gambarnya, biar kalian bisa lihat, tapi, saya harus urungkan. saya tau, mereka gak suka.
lanjut ke cerita. ketika saya TK, pohon beringin itu memang seringkali mencuri perhatian saya, entah kenapa ada energi negatif yg bikin saya gak bisa mengalihkan pandangn tiap saya melewati halaman sekolah.
TK saya sendiri adalah bangunan peninggalan Belanda, sehingga desainya ckup seram
banyak kisah mistis yg simpang siur selama saya bersekolah di TK ini. salah satunya adalah sosok yg tinggal di pohon beringin tua itu, konon kabarnya, ada kuburan anak2 disana, namun, belum ada bukti bahkan sampai thread ini saya tulis. jujur, sekarang saya merinding.
namun, kisah lain jg tidak kalah mengerikan, satu yg selalu di ceritakan turun temurun, dahulu beredar cerita bahwa pondasi yg di gunakan untuk bangunan sekolah adalah kuburan kuda.
jadi, dulu ini adalah tempat penjagalan kuda, dimana kepala dan tubuh binatang itu tersebar dsini
sehingga, setiap malam, Pak abut si penjaga sekolah seringkali mendengar suara kuda meringkih. ngomong soal suara kuda, kisah ini berkaitan dengan suara yg di dengar mas Hendra, jadi yg jelas, zona utara adalah zona dimana seringkali di temui suara kuda bergentayangan.
balik lagi ke gedung TK. ada 3 kelas yg selalu di gunakan, yaitu kelas untuk anak 5 tahun yg di sebut nol kecil. sedangkan 2 kelas untuk anak 6 tahun yg lebih di kenal dengan nama nol besar
selain 3 kelas itu, ada lagi beberapa ruangan, seperti ruangan guru. lalu, ruangan musik
ruangan musik jarang sekali di gunakan bila tidak ada pak Mamat, guru pengajar musik. namun, banyak beredar cerita yg selalu menarik perhatian saya, di sudut kelas musik, ada sebuah piano kecil, piano itu kadang di gunakan pak mamat untuk mengajar.
mengerikanya adalah, seringkali lantunan nada piano di mainkan bahkan di siang bolong sekalipun, yg menjadi masalahnya adalah, setiap kali di lihat siapa yg memainkanya, tak seorangpun duduk di kursi memainkan piano, seolah2 piano itu bermain dengan sendirinya.
saya sendiri belum pernah mendapat pengalaman itu, jadi saya anggap itu hanya rumor kosong, termasuk rumor, anak kecil yg suka menunggu di kamar kecil. tapi, ada satu rumor yg gak bisa saya katakan sebagai omong kosong karena, rumor ini pernah saya buktikan dengan sendirinya.
rumor tentang gadis yg menghuni pohon beringin.
kisahnya, di mulai ketika saya melihat Endah.
Endah adalah tetangga saya, sejujurnya kita sama2 tidak menyukai satu sama lain, namun, ayah kami memiliki ikatan yg erat sehingga akhirnya saya mencoba bersikap baik dengan dia.
namun dia, gk bisa di baca dari luar, sifatnya lebih tertutup dari anak2 pada umumnya. disaat anak2 akan menghabiskan waktu untuk bermain dan bersama teman2nya. Endah, hanya akan duduk memandang satu titik yg paling saya benci di tempat ini.
itu adalah pohon beringin di belakang
pernah beberapa kali Endah tidak mengikuti kelas hanya karena ia terlalu asyik melihat pohon itu, sampai guru kami, bu Etik menegurnya beberapa kali. namun tetap saja, anak itu bertingkah aneh.
suatu hari, saya begitu penasaran, jadi saya putusin mendekatinya.
saya mencoba mengulik apa yg dia lihat selama ini.
"opo seh seng mok delok?" (apa sih yg kmu lihat?) kata saya
"awamu eroh wit ringin iku?" (kamu lihat pohon beringin itu?)
"iyo" kata saya lagi.
"onok arek cilik seng ndelok kene sak iki" (ada anak kecil yg melihat kita saat ini)
mendengar itu, perlahan saya bisa memvisualisasikan ucapan Endah menjadi sebuah bayangan.
"cah wedon" (anak perempuan?) kata saya tiba2
Endah akhirnya melihat saya "isok ndelok tah?" (bisa melihat juga tah?)
saya langsung pergi, karena entah kenapa, firasat saya gak enak.
itu adalah pengalaman satu2nya yg saya inget tentang makhluk ini, namun rupanya makhluk ini adalah makhluk yg sering maen ke desa saya. karena apa yg terjadi berikutnya, dia merasuki salah seorang warga.
kejadianya sendiri di mulai siang bolong, ketika saya sedang maen dengan anak2, saya denger baru saja terjadi sebuah kehebohan, banyak warga yg mendekat, dan beramai2 memenuhi rumah.
penasaran, saya pun mendekat.
rupanya mbah Bun, salah satu wanita tua yg halamanya seringkali saya pake maen berteriak2 nyris histeris. suaminya Mbah nang, mncoba menenangkanya berkali2, namun, mbah bun rupanya masih terus menjerit2, saya yg sedari memperhatikan gelagat aneh itu akhirnya sadar, mbah bun kesurupan
masalahnya adalah, mbah pun terus berteriak dia minta pulang.
"Aku tak muleh, aku tak muleh" (aku mau pulang, aku mau pulang)
Mbah nang akhirnya yg pertama kali bertanya perihal itu. "muleh nang ndi" (pulang kemana?)
"nang omahku" (ke rumahku) jawabnya.
"sopo koen?" (siapa kamu?) tanya mbah nang.
namun sosok itu melotot, tidak mau menjawab lalu menjerit kembali. pergolakan itu terus terjadi sampe akhirnya om saya datang. de no yg merupakan juru kunci di desa saya.
sekali lihat, de no langsung tau, siapa yg merasuki mbah bun.
"Lapo koen nang kene?" tanya de no ketus.
"Aku kate muleh" (aku mau pulang) jawabnya sambil melotot.
"Muleh, tapi koen gowo rogone wong" (pulang, tapi kamu di dalam raga seseorang)
terjadi perdebadan yg panjang
intinya, mkhluk itu tidak sengaja kesedot tubuh mbah bun ketika beliau mlamun. untuk itu, saya cuma mau berpesan, hati2 bila melamun, pikiran yg kosong membuka diri kita utuk lebih muda di masuki.
setelah terjadi tawar menawar bagaimana makhluk itu keluar, rupanya, dia mau syarat
dia mau keluar hanya saja nanti, de no harus mengantarnya dengan cara di gendong di punggung.
de no pun menyanggupi permintaanya, bila di lihat dengan mata kosong, de no seperti berjalan dengan posisi menggendong, namun bag mereka yg bisa melihat, ada sosok gadis kecil disana
sampai saat ini, gadis itu masih ada disana, hanya saja, sekarang ia tidak lagi suka berjalan2 ke desa saya lagi, entah kenapa. sekarang, kita menuju ke bangunan gereja 200 meter dari gedung TK, disana terkenal dengan satu Hantu wanita
warga menyebutnya dengan.. hantu wanita menangis.
Namanya adalah Suparlan, biasa di panggil wak parlan, beliau adalah orang tua yg rumahnya berada persis di depan gereja, kiri kanan rumahnya hanya tanah kosong, disana di tanami berbagai tanaman kebun, Ubi, pisang, cabai dan sebagainya.
pernah, beliau bercerita, bila gereja di depan rumahnya memiliki aura mistis yg tidak biasa, bila hanya kuntilanak, pocong atau yang lainya, wak parlan sudah biasa, karena dulu, beliau adalah salah satu pekerja pabrik yg sudah lama pensiun. namun, gereja ini lain dari yg lain.
suatu malam, godaan menganggu tidurnya, ia di bayangi oleh sosok wanita yg meminta tolong. cantik, nan menggugah adalah bahasa yg ia pakai untuk menggambarkan ayunya wanita ini. sehingga ia terbangun dari tidurnya, kemudian, rintihan menangis menelusup telinganya.
halus nan lembut suara itu seolah menghipnotisnya, karena tanpa ia sadari, ia sudah berdiri di pagar gereja jawi wetan.
tidak sulit membuka pintu pagarnya, karena memang beliaulah yg di beri mandat untuk menjaga gereja ini. kini, ia tergoda untuk tau, apa arti mimpinya.
di telusurinya lorong demi lorong, pintu2 besar dari kayu jati beberapa kali mencuri pandangnya, seolah di guratan yg terbuka itu ada sosok yg mengintipnya, namun, takut bukan kawan baik seorang parlan, yg konon memiliki ilmu kebatinan.
rupanya, suara itu berasal dari gudang belakang, tempat dimana kursi dan meja rusak di susun ala kadarnya. dengan gemuruh gelisah, parlan merasa ada yg ganjil dari ruangan ini. selama ini, ia ke gereja hanya untuk membersihkan rumput dan menyapu lahan dari dedaunan pohon randu.
sehingga, ia tidak tau menahu akan apa yg ada di dalam ruangan2 ini.
setengah hatinya berbisik untuk pergi dan angkat kaki, namun setengahnya lagi, berkata, ada penasaran yg harus di lunasi.
tanganya tua, namun tegas, meski kaki gemetar menopang badan ringkih.
tak kala suara krieeet dari pintu tua terbuka, ia hanya melihat ruangan seukuran kamar tidurnya, tidak terlalu besar, namun bedanya, sangat berantakan.
tak di dengarnya lagi suara tangisan itu. ketika tangan terpatri untuk menutup lagi, sudut mata parlan menatap ujung ruang.
seseorang tengah meringkuk disana, sudut nan gelap mengaburkan kehadiranya, parlah awalnya ragu. mana ada seseorang disini, dini hari, meringkuk menyendiri.
Parlan mendekatinya, di tepis pikiran buruknya, mungkin ia terkunci, dan tidak ada yg mengetahui ucap hati kecilnya.
namun, kaki sudah melangkah, tak ada waktu untuk berbalik kembali.
"Mbak, nuon sewu, panjenengan sinten nggih" (mbak mohon maaf, anda siapa ya)
suara gemetar Parlan, menghentikan tangisanya, namun jawaban tak kunjung bersambut, dalam kengerian, ia terjebak di dimensi asing.
karena pertanyaan tak dapat jawaban, Parlan menyentuh tangan gadis misterius di depanya.
sampai,
wajahnya terangkat, dan Parlan bisa melihatnya dengan jelas, wanita yg ada dalam mimpinya, menangis, merintih, kemudian, menjerit.
Parlan terjerembab, bukan karena jeritanya, namun
bola mata gadis itu, tidak ada pada tempatnya.
air mata di piinya hanya tangisan merah dari darah yg mengalir dari 2 lubang kosong tempat seharusnya bola matanya berada.
yg Parlan ingat hanya dzikir kecil, berharap ia sadar dengan apa yg ia lihat.
namun, di tengah dzikir kecilnya, wanita itu menjerit semakin keras, seolah2 ia marah, sangat marah, sehingga Parlan akhirnya berlari pergi, ia tahu, ia dalam bahaya.
setelah kejadian itu, Parlan memohon diri, ia tidak mau lagi menjaga gereja itu dari makhluk yg membuatnya
tidak dapat menahan diri. wanita yg menangis, begitulah warga desa memanggilnya.
Malam ini, mau di lanjut gak.. tapi Thread ini udah sangat panjang. takutnya membuat kalian bosan.
rencanaya, kita mau pergi ke timur, jadi dari zona utara, ke timur lalu baru selatan.
di selatan saya yakin udah banyak yg tau ada apanya.
jadi gimana enaknya??
Thread ini di lanjut apa di bikin Thread baru. kasihan buat yg baru baca??
dari sini saya bakal tulis semua yg paling ganas dan bersingungan dengan desa saya, karena Zona timur adalah tempat yg paling deket dengen desa saya.
di sebelah gereja ada sebuah gerbang besar, tempat masuk keluarnya Truk pabrik.
tahun 2006, 3 tahun pasca saya pernah di incar oleh salah satu penghuni di zona selatan. saya gak pernah lagi pergi ke pabrik di bagian selatan lagi.
namun saya masih sering berkunjung di zona lain.
untuk apa?
jawabanya, mengejar layang2.
jadi bila musim adu layang2, biasanya saya dan Endah, yg waktu itu kita sudah akrab, dan orangnya ternyata cukup menyenangkan.
kami berdua biasa ngumpul di gerbang timur ini. karena begitu ada layangan yg putus, saya ama Endah siap buat msuk
masuk disini itu masuk ke pabrik.
benar dugaan saya, Endah nunjuk ada satu layangan yg putus, tanpa pikir panjang, saya lompat ke pager di ikuti Endah.
buat kaian yg gk tau Endah, dia adalah teman TK sekaligus tetangga saya yg, bisa lihat hal2 begituan.
kami langsung mengikuti layang2 yg sesuai prediksi saya masuk ke pabrik. buat kalian yg bingung, kok tidak ada satpam yg berjaga, karena tahun 2006 adalah 2 tahun pasca pabrik ini akhirnya gulung tikar. yaitu tahun 2004.
saya dan Endah langsung berlari.
sialnya, layangan itu masuk ke gudang baru.
di gudang baru, atapnya dulu adalah seng, tinggi sekali hampir lebih dari 40 meter, maklum ini salah satu bangunan peninggalan belanda, jadi gudangnya gak umum tingginya.
hanya saja, seng2 yg jadi atap sudah pada berlubang.
saya masih mencari2 kemana layang itu nyangkut. saya terus dan terus menatap ke atap, sampai saya denger Endah mengatakan "Assalamualaikum"
kaget saya waktu denger, karena disana, cuma ada saya, jadi, Endah ngasih salam ke siapa?!
"sopo to seng mok salami?" (siapa sih yg kamu beri salam)
"iki lo, mbah e" (ini loh mbah)
"mbah sopo? (mbah siapa)
Endah gak jawab, lalu ngajak saya jalan lagi, saya, tiba2 merinding.
"metu ae yo" (keluar aja yuk) kata Endah tiba2.
"Lho lapo to, koyok keweden ngene" (loh kenapa sih, kok kaya ketakutan gini)
"seng nduwe nggon iki gak seneng ambek kene" (yg punya tempat ini gak suka sama kita}
saya yg bisa lihat wajah panik Endah, bingung. Endah bisa takut jg?
akhirnya kami berlari kembali ke gerbang tempat saya masuk, tapi tiba2, saya lihat seekor burung merah, emang dasar saya ini sampe gk sadar saya ngejar itu burung dan kepisahlah sama Endah.
rupanya, hal ini membuat saya nyesel seumur hidup bahkan sampe sekarang.
karena Endah harus menanggung akibatnya.
saya ngejar burung itu sampe jauh masuk ke dalam pabrik. bisa di bilang, di pusat pabrik, samping gedung besar atau bisa di bilang paling besar, di sisi bangunan itu ada cerobong asap pabrik yg paling terkenal.
saya kaget waktu melihatnya.
saya nyari2 Endah, dan saya gk nemuin dia, akhirnya saya menelusuri jalan saya tadi. namun, saya baru paham apa maksud Endah, di waktu siang bolong, saya merasa gk sendirian, malah, seperti di pusat keramaian.
saya emang gk bisa lihat, tapi bila kalian jadi saya, rasanya seperti jadi tontonan
saya mulai lari, tapi semakin saya jauh lari ngikutin jalan, semakin saya tersesat. seolah jalanya ya emang cuma ini2 aja.
jantung saya rasanya gk karuan. dan saya gk bisa bayangin seberapa marahnya bapak kalau tau anaknya yg badung ini masuk ke pabrik lagi tanpa beliau tahu
yg jelas, ketika saya udah capek. saya cuma nangis,
nangis di waktu saya udah SMP, sangat memalukan memang, tapi, saya udah di liputi perasaan campur, takut, khawatir, bingung, dan ketika saya nangis, tumpah aja semuanya.
di tengah2 hal itu, saya denger Endah manggil saya.
rupanya, itu memang Endah.
dia langsung menggil saya, minta saya pegang bajunya, saya inget Endah cuma bilang.
"wes, ojok delok mburi pokok'e" (sudah, jangan lihat ke belakang pokoknya)
saya dasarnya emang gampang penasaran, saya, lihat ke belakang, tapi gk ada apa2, kecuali
yg saya pegang, udah bukan baju Endah lagi, lebih ke seperti batang daun kelor, yg di bawa oleh pria tua.
saya, otomatis kaget untuk beberapa saat, sampe saya bisa nguasai diri saya, karena sepertinya, beliau tidak menyakiti saya sama sekali, tapi lebih ke nunjukin jalan.
saya akhirnya ikut.
saya di bawa ke sebuah gudang baru lagi, disana, saya lihat Endah, tersungkur dengan memegang kakinya, saya yg lihat itu langsung nyamperin, betapa khawatirnya saya, Endah merintih nahan sakit, rupanya, waktu dia nyari saya, dia gk sengaja lompat dari "Bok" (pijakan)
padahal, pijakanya gk tinggi. tapi, kakinya Endah seperti di gebuk sama benda keras sekali.
yg saya inget, di tengah2 Endah nahan sakit, dia cuma bilang.
"Celuken mas Uji" (panggilkan saja mas Uji)
Mas Uji itu kakaknya Endah, saya gk paham maksudnya, jadi saya akhirnya lari ke gerbang, belum sampe gerbang, saya papasan sama Mas Uji yg buat saya bertanya2, kenapa oran ini bisa ada disini.
Mas Uji manggil saya. "Loh nang ndi Endah, gak maen ambek awakmu tah?"
(Loh dimana Endah, bukanya kalian maen bareng?)
"Endah tibo mas, nang kono" (Endah jatuh mas, disana) teriak saya. akhirnya lari.
disana, kakinya Endah sudah bengkak sekali.
saya, udah gak lihat kakek2 itu lagi.
sesampainya di rumah, bapaknya Endah marah besar sama saya, sehingga hal ini sampe ke telinga bapak, saya di marahin habis2an, namun dari semua kejadian itu, banyak hal janggal terjadi.
yg pertama adalah salam dari Endah.
sejak awal masuk ke gudang baru, rupanya Endah melihat kakek2 itu menyambut mereka, hanya saja, beliau mengatakan, jangan masuk lebih dari ini, daripada dia tahu.
yg di maksud dia adalah, yg punya tempat ini.
bila saya pikir kembali peristiwa ini, gudang baru hampir di pusat pabrik, dan itu tepat di samping bangunan utama samping cerobong asap, apakah maksud yg punya tempat ini adalah rajanya.
yg kedua, rupanya ketika saya ngejar burung itu, Endah ngelihat saya kaya di rasuki cepat sekali
karena ketika Endah berusaha ngejar, saya udah ngilang begitu saja.
Endah panik. akhirnya, dia nyari lebih ke dalam, nah, ketika dia masuk ke tempat ini, dia melihat Naga yg besar sekali, berjaga di bawah cerobong asap, disini Endah ketakutan dan lari meninggalkan tempat itu
namun, karena begitu buru2, dia melompat di beberapa pijakan yg tingginya gk seberapa, ada yg dari tadi mengincar Endah, sehingga akhirnya kakinya di pukul, Endah sendiri bilang, yg mukul itu, badanya Gemuk, bongsor, punya payudara kaya perempuan, tapi bertaring dan menggerikan
tapi, makhluk itu hanya melotot terus waktu Endah sudah tidak bisa jalan.
yg terakhir, bagaimana Mas Uji tiba2 tau Endah disana, kata mas Uji sendiri, dia di jemput anak2 kecil, mereka bilang adiknya dalam bahaya, dan dia menunjuk ke pabrik.
Mas Uji yg tau dimana Endah biasanya berada segera menyusul, rupanya dugaanya benar, Mas Uji bertemu saya, dan anak2 yg nunjukin jalan sudah lenyap.
sekarang, Endah menjadi cacat, dia jalan dengan kaki terpincang2, setiap saya ngelihat dia, saya masih ngerasa bersalah.
namun, Endah tidak pernah membahas hal itu lagi. karena bisa keluar hidup2 darisana itu sudah patut di syukuri, di bandingkan dengan seseorang yg di temukan gantung diri di pohon waru di samping bangunan utama.
karena kata Endah, itulah nasib bagi mereka yg sudah melihat wujud
rajanya.
0 Komentar