Diincar Penunggu Pabrik Tua

November 03, 2019


(gambar pabrik hanya ilustrasi, tidak menggambarkan pabrik yg sebenarnya)

Kejadian ini terjadi pada tahun 2003, saya tinggal di sebuah kecamatan dengan 2 desa yg masih terjaga keasrianya, jalanan belum ada yg di aspal, jarak antar rumah tetangga terpisah jauh oleh kebun-kebun milik satu warga dengan warga yg lain. bisa di bilang, desa saya masih orisinil


apa yg saya tulis ini bukan cerita sembarangan, melainkan satu dari banyaknya kenangan yg gak bakal pernah saya lupain seumur hidup saya, kenangan buruk atau baik saya gak bisa menilainya karena saya percaya di balik setiap kejadian pasti ada pelajaran berharganya termasuk cerita saya ini
sebelum baca cerita pengalaman saya ini, saya cuma mau nyampein, saya gak bisa ngasih tau dimana atau siapa saya, karena saya mau tetap jadi seseorang yg membagi kisah/cerita pengalaman saya dan semoga ada hikmah atau pelajaran yg bisa di ambil dari cerita saya ini
percaya atau tidak percaya kembali pada diri anda, karena apa yg saya alamin benar2 terjadi, daripada banyak intro, saya langsung aja mulai menceritakan kisah saya

perhatikan sekeliling, mungkin saja ada mereka di samping anda
Kejadian ini terjadi pada tahun 2003, saya tinggal di sebuah kecamatan dengan 2 desa yg masih terjaga keasrianya, jalanan belum ada yg di aspal, jarak antar rumah tetangga terpisah jauh oleh kebun-kebun milik satu warga dengan warga yg lain. bisa di bilang, desa saya masih orisinil
tapi saya gak akan cerita tentang desa saya. jangan khawatir akan ada waktunya buat cerita tentang desa saya ini, karena yg mau saya ceritain jauh lebih menarik di bandingkan para penghuni desa saya, saya sebut mereka para penghuni pabrik tua.
Desa saya memiliki anak sungai sebagai pembatas dengan desa tetangga yg masih satu kecamatan. jauh di hilir sungai, bila mengikuti arus air, akan ada sebuah lahan kebun tebu yg sangat2 luas, saya gak tau berapa luasnya, yg jelas, kami anak2 desa di himbau utk tidak mendekatinya
tepat di barat ujung lahan tebu, berdirilah sebuah pabrik gula. (saat ini pabrik itu sudah lama tidak beroperasi lagi) , pabrik gula ini, memiliki luas yg juga tidak kalah besar di bandingkan lahan tebunya, disini banyak pekerjanya adalah warga desa kami dan desa tetangga
konon kabarnya, pabrik gula ini sudah ada semenjak jaman belanda, sehingga tidak mengejutkan bila bangunanya masih terkesan kuno disana-sini, bahkan di samping pabrik di dirikan sebuah perumahan kecil utk para pekerja pabrik yg datang dari luar kota.
sebegitu besarnya pabrik gula ini sampai di buat 4 zona bagian. di ujung timur, terdapat gudang utama dan pagar pembatas untuk rumah pekerja pabrik.

di bagian barat, adalah kantor utama, terdapat lapangan sepak bola yg dapat di gunakan untuk umum, dan sebuah masjid besar
zona utara terdapat ruang produksi, besarnya 2 kali lipat dari zona timur, dan ada lapangan tenis namun hanya untuk pribadi dan karyawan pabrik. terdapat juga sekolah TK, gaya bangunanya bergaya eropa, sekolah TK ini di buat pabrik untuk anak para pekerja dan untuk umum
kita beralik ke zona selatan yg akan jadi latar utama cerita saya.

Zona selatan adalah zona pabrik yg hampir tidak di gunakan lagi, karena, dulu sebelum saya lahir, zona selatan adalah zona yg menjadi saksi kebakaran hebat, sehingga tempat ini adalah tempat paling terbengkalai
apa saja yg ada di zona selatan?

di zona selatan adalah gudang utama sebelum pindah ke zona timur, selain itu ada beberapa kolam yg di gunakan untuk menampung limbah, ada juga tempat timbangan sebelum barang di kirim keluar. semua itu ada di zona selatan ini, namun..
namun.. zona selatan adalah zona dimana banyak kejadian misterius terjadi. bisa di bilang zona selatan adalah zona dengan penjagaan dari satpam yg paling rentan sehingga masyarakat desa biasa menggunakan jalanan ini untuk ke lapangan atau masjid ataubahkan desa tetangga
itu adalah sedikit gambaran tentang pabrik gula ini. lalu apa hubunganya dengan pengalaman saya tentang penghuni pabrik tua ini.

dari sini, saya akan memulainya.
seperti yg saya bilang tadi, kejadian ini terjadi pada tahun 2003, waktu itu saya masih menginjak bangku SD kelas 3, saya cuma anak2 biasa yg tumbuh sperti anak2 yg lain, namun, entah apakah saat itu adalah hari sial bagi saya, karena.. ada sesuatu yg lain yg tampaknya tertarik dengan saya
saya masih inget jelas, hari itu, adalah kamis sore.

ada hal yg anak2 desa saya lakukan setiap sore menjelang maghrib, yaitu, maen bola di lapangan.

masalahnya adalah, gk ada lapangan di desa saya, hanya pohon rindang dan perkebunan warga, jadi akhirnya kami menggunakan lapangan lain
kami menyebutnya dengan "Lapangan pabrik"

Lapangan pabrik, adlaah sebuah lapangan yg di bangun oleh pabrik awalnya utk para karyawanya namun bergeser menjadi lapangan untk para warga, dan saat ini lapanganya untuk umum
karena lapangan pabrik ada di zona barat, sedangkan letak desa saya jauh di timur pabrik, maka kami harus memutar untuk sampai ke lapangan, dan zona selatanlah yg paling dekat bila di tempuh dengan jalan kaki.
terdapat jalan setapak dari aspal di zona selatan, maka ketika kami melewati jalan itu, maka kami bisa melihat dengan jelas bangunan gudang2 tua yg dulu pernah menjadi saksi tragedi kebakaran hebat, juga kolam-kolam limbah bekas pabrik.
sejujurnya, para orang tua di desa saya tidak menganjurkan kami melewati zona selatan pabrik karena konon tempat itu adalah tempat yg angker untuk di lewatin anak2, namun daripada kami harus jalan memutar yg lebih jauh, kami akhirnya tetap memilih jalur itu
kami sampai di lapangan jam setengah 4 sore, dan akan pulang sebelum adzhan masjid dekat lapangan berkumandang.

waktu itu, kami keasyikan bermain sehingga, ketika kami sadar adzhan maghrib berkumandang dan hari sudah petang
kami segera mengakhiri permainan, dan berduyun2 untuk pulang, kemana kami lewat?

jawabanya zona selatan yg waktu itu sangat2 gelap nan mencekam padahal itu masih jam setengah 6 sore
kami berusaha menjaga lisan dan sikap saat melewati jalan itu, seperti perintah orang tua kami.

setelah melewati bangunan tua gudang lama, kami sampai di kolam limbah, disini, saya jadi inget sebuah cerita yg pernah saya denger dari bapak
dahulu, ada seorang karyawan pabrik, yg membawa anaknya untuk memanen tanaman singkong di samping kolam limbah, anaknya masih kecil, mungkin seusia saya waktu itu, dan ketika orang itu asyik memanen singkong, tanpa sadar, anak yg beliau bawa tiba-tiba menghilang..

beliau PANIK
mentions #bacahorror

PANIK, sang ayah terus mencari, tanpa disadari hari mulai gelap, dan dia masih belum menemukan dimana keberadaan anaknya.

hal ini segera di laporkan pada satpam yg berjaga saat itu, kemudian hal ini segera menyebar, dan banyak karyawan yg ikut membantu
sebegitu banyaknya karyawan yg ikut membantu tidak membuat sang anak yg menghilang ketemu.

kemudian, seseorang berkata mungkin saja anak itu jatuh ke kolam limbah. sang ayah membantah, karena kolam limbah itu di tutup oleh pagar kawat sehingga tidak mungkin dapat di tembus
setelah berdebad dan masih mencari, datanglah mandor yg kebetulan baru mendengar musibah itu. beliau bertanya dimana terakhir melihat anaknya, lalu sang mandor hanya mengangguk.

kata bapak, mandor ini adalah orang yg pintar dan bisa melihat hal2 di luar logika
sang mandor kemudian pergi ke sebuah pohon besar di dekat kolam limbah, setelah kembali, wajah sang mandor tampak bersimpati. beliau hanya mengatakan "wes, ikhlasno yoh" (sudah, ikhlaskan saja)

mendengar itu semua orang bingung, termasuk sang ayah yg tampak emosi.
kemudian mandor menjelaskan bila anak itu ada yg ngambil, dan sekarang dia sudah gak ada (meninggal) terjatuh di dalam kolam limbah. ayahnya masih tidak percata dan meminta bukti bila itu benar. mendengar itu mandor itu hanya mengatakan, "tunggu 7 hari"
selama 7 hari di tempat itu di adakan pengajian di pimpin sang mandor, dan juga penguburan kepala kerbau entah untuk apa, karena kata bapak mungkin kepala kerbau itu untuk mengganti jasad sang anak yg di bawa oleh mereka
benar saja. setelah penguburan kepala kerbau, jasad anak itu di temukan, mengambang di kolam limbah namun dengan kondisi yg mengenaskan.

semenjak saat itu, tempat itu banyak di hindari, termasuk oleh para karyawan pabrik.
kembali ke cerita saya.

hari sudah gelap, dan kami masih menelusuri jalan, pagar kawat kolam limbah sudah terlihat, artinya sebentar lagi kami akan sampai di desa.

namun, saya berhenti.

saya melihat gelagat yg aneh di pagar kawat, dan benar saja, saya melihat seekor belalang yg besar
belalangnya besar, seukuran kepalan tangan.

tanpa berpikir panjang, saya teriak ke anak2 yg lain. "onok walang, onok walang gedeh kui" (ada belalang, ada belalang besar itu loh)

anak2 yg lain yg melihat langsung berlari untuk menangkap belalang itu
sedikit info. di pabrik memang banyak belalang besar, dan biasanya setelah tertangkap kami akan menggoreng atau membakarnya kemudian di makan. tapi saat itu, entah apa yg terjadi, karena saat anak2 mulai berlari, belalang itu seolah tau jadi kemudian dia terbang dan menghilang
kami semua kecewa dan akhirnya melangkah pulang. namun, siapa sangka, hanya karena hal sepele seperti itu, malah mendatangkan malapetaka untuk saya dan keluarga saya.
saya lanjut besok sore, karena cerita ini masih sangat panjang.
OKE saya LANJUTIN.

Sebelumnya saya cuma mau ngelurusin, pabrik yg saya ceritain bukan pabrik gula Kalibagor, alasan kenapa saya pake foto itu karena pabrik gula kalibagor adalah pabrik yg hampir menyerupai mulai dari bangunan sampai cerobong asapnya.
sedangkan Pabrik yg saya ceritain ini berlokasi di jawa timur dan saat ini sudah di ratakan dengan tanah, dan mulai di bangun perumahan.

saya Lanjut ya
sebelumnya, saya nunjukin belalang yg sebesar kepalan tangan sama anak2, dan anak2 buru2 buat nangkap belalang itu, namun, belalang itu melompat lalu menghilang begitu saja, kondisi waktu itu hari sudah gelap, kami akhirnya melanjutkan perjalanan pulang, saya, sama sekali gak mikir..
akibatnya.

sampe di rumah, saya mandi, sholat maghrib kemudian pergi mengaji.

saya mengaji di sebuah surah dekat rumah, gak ada hal2 istimewa yg terjadi, sampai, setelah mengaji, teman saya sebut saja Endah, menghampiri saya.
Endah itu cowok, tetangga sekaligus teman ngaji saya, dia jarang ikut anak2 desa maen bola atau sekedar maen bareng2, saya gak tau alasanya apa, tapi, semua anak tau, kalau Endah itu anaknya aneh.

aneh disini maksudnya, dia gak kaya anak biasa. dia lebih suka sendiri.
beberapa anak nyebar rumor, Endah bisa lihat hal-hal begituan. saya sendiri kalau mandang dia biasa aja, karena dulu waktu TK, saya sering berantem sama dia. tapi soal dia bisa lihat, saya radak gk percaya, sampe dia tanya sesuatu yg ganjil sama saya.
kejadianya waktu saya mau pulang, Endah manggil saya, kami berdua masih di dalam surah. hal yg dia tanyain, bikin saya gak ngerti maksudnya.

"sopo arek seng ngetuti awakmu iku?"
(siapa anak yg mengikutimu itu?)

saya yg bingung, otomatis balik tanya. "Maksudmu?"
Endah berdiri di dekat jendela kaca Surah, memandang lurus ke pohon pisang, Surah di tempat saya memang di bangun di samping kebun pisang, tanah surah di bangun di atas tanah wakaf, pemiliknya adalah kakeknya Endah, termasuk kebun pisangnya.

Endah masih memandang pohon pisang.
"onok arek ngetutno kui ket mau"
(ada anak kecil, ngikutin kamu dari tadi) kata Endah.

saya merinding mendengarnya. saya ikut2 memandang kebun pisang, tapi saya gak lihat ada apa2, selain pohon pisang dan lahan gelap gulita.

"Ngapusi koen" (bohong kamu) kataku.
Endah sekarang ganti memandang saya, wajahnya masih serius.

"aku nek dadi awakmu, gak muleh aku. koyok ane arek'e ngenteni awakmu iku" (kalau aku jadi kamu, aku gak mau pulang, kayaknya anak itu nungguin kamu)

saya udah gak tau lagi cara ngerespon si Endah. tapi jujur, saya juga...
ngerasain hal yg sama.

entah, Allah maha mendengar doa hambanya yg dalam kesulitan, karena sekonyong-konyong, tiba-tiba bapak datang jemput saya di surah, katanya, perasaanya gak enak.

padahal, adzhan isya' saja belum.

saya sempet ngelirik ke Endah, yg masih ngelihat pohon pisang
malam itu, saya gak bisa tidur.

badan rasanya panas sekali, tapi saya gak tau kenapa. waktu itu, saya tidur masih bareng nyokap sama bapak, satu ranjang. tapi bapak ada urusan jaga pos ronda, jadi cuma tidur sama nyokap.

nyokap kayanya udah tidur pules di samping saya.
sampe jam 1 dini hari saya masih gak bisa tidur. seolah ada perasaan yg gak enak sekali, tapi saya maksa buat merem, mungkin dengan begitu saya bisa tidur.

ternyata, gak berhasil. saya masih terjaga meski kondisi mata terpejam. semakin lama, semakin gk nyaman, saya akhirnya membuka mata
betapa kagetnya saya, waktu membuka mata, di atas perut saya, ada anak kecil, botak, tubuhnya seukuran tubuh saya, duduk dan melotot ke arah saya. tapi dia gk ngomong apa-apa. badan saya gak bisa gerak, nafas juga tersenggal, karena ketakutan, saya reflek nyolek nyokap di samping saya
"Mak, mak, tangi mak" (bu, bu, bangun bu) kata saya, nyokap akhirnya bangun dengan enggan, tapi begitu melihat saya yg gak beres, nyokap langsung tanya dengan wajah khawatir.

"Lapo tah nak" (ada apa nak) tanya nyokap.

gk tau apa yg terjadi, bibir saya kaya berat buat ngomong,
nyokap semakin bingung, begitu beliau nyentuh kepala saya yg panas, nyokap jadi semakin panik.

saya akhirnya bisa melawan rasa takut saya, dan coba ngomong kalau sekarang ada makhluk yg duduk di atas perut saya, posisi saya tidur menghadap atas. tapi alih2 saya ngomong itu, saya malah ngomong
"Mak, wacakno Al-Fatihah, wacakno mak" (Bu, bacakan Al- Fatihah, bacakan bu), denger saya ngomong itu, nyokap akhirnya pergi, beliau kembali sama bapak yg wajahnya gk kalah panik.

bapak yg lihat kondisi saya, akhirnya inisiatif manggil orang pintar yg kebetulan tetangga saya
nyokap akhirnya baca ayat kursi sambil ngusap tangan saya, sementara saya masih di pelototin sama makhluk itu, dia sama sekali gak bergerak sedikitpun.

bapak kembali sama seseorang, namanya Mbah Narno, beliau adalah tetua dan juga orang pintar yg buka praktek pengobatan alternatif
tepat ketika Mbah Narno datang, anak kecil itu langsung melotot sama beliau, tapi hanya di tanggapin santai, sembari Mbah Narno mendekati saya.

beliau duduk, kemudian tanya sama saya.

"dino iki, awakmu lapo to ngger?" (hari ini kamu ngapain saja sih nak?)

saya, masih diem, bngung
Mbah Narno minta segelas air putih, lalu beliau mendoai air itu, saya yg masih rebahan, di paksa minum dengan posisi tidur.

saya gak tau, apa Mbah Narno bisa lihat makhluk ini, karena kesanya Mbah Narno kaya cuek bebek sama makhluk ini, dan ajak saya ngobrol terus.
setelah minum. anehnya, saya jadi bisa ngomong lancar.

kemudian, Mbah Narno baru bertanya pada makhluk itu.
"opo seng marai koen nganggu arek iki?" (apa yg membuatmu datang, menganggu anak ini?) suara Mbah Narno sangat keras dan tegas bahkan terdengar seperti membentak
Makhluk itu menjawab tidak kalah marah. "Arek iki wes nganggu aku" (Anak ini sudah mengusikku)

saya bisa denger jalas apa yg Mbah Narno ucapkan dengan makhluk itu, namun, bapak dan nyokap tampak bingung memandang saya dari samping pintu kamar.
"Nganggu opo maksudmu" (mengusik yg bagaimana maksudmu) kata Mbah Narno

"Kewanku arep di jopok karo arek iki" (binatang peliharaanku mau di ambil sama anak ini)

Mbah Narno hanya diam, saya bisa lihat beliau sedang berpikir, kemudian beliau bertanya masih dengan nada membentak
"Jalokmu opo sak iki?" (kamu minta apa sekarang) tanya Mbah Narno

"Aku jalok arek iki" (Aku minta anak ini) jawab makhluk itu.

saya yg denger itu tiba2 gemetar kedinginan.

tapi dengan tegas Mbah Narno menolak keras2 "Gak isok" (tidak bisa)
Mbah Narno melanjutkan. "Sampe awakmu wani jopok arek iki, rungokno aku, mene bakal tak orat-arit panggonmu, tak laporno kowe gok Maha ratu" (kalau sampai kamu berani mengambil anak ini, besok akan ku buat berantakan rumahmu, akan ku laporkan kamu sama Maha ratu"
mentions #bacahorror

saya gak tau apa yg di maksud Mbah Narno dengan Maha ratu tapi saya bisa tau setelah dengar nama itu, makhluk itu mau turun dari tempatnya. wajahnya masih mendelik memandang Mbah Narno, tingginya hampir sama dengan tinggi saya
"Ngene ae, ayok gawe kesepakatan."(begini saja, ayo kita membuat kesepakatan) kata Mbah Narno, "Nek sampek arek iki ganggu panggonmu maneh, awakmu bisa ngelakoni iku, tapi inget, katek aku eroh awakmu ngetok maneh gok kene.. tak babat panggonmu"
(Kalau sampai anak ini menganggu tempatmu lagi, kamu bisa melakukan rencanamu, tapi ingat, bila sampai aku tau kamu menampakkan diri di sekitar sini lagi, tak habisi tempatmu)
saya cuma bisa lihat, makhluk itu pergi, hilang begitu saja.

Mbah Narno kembali memberi saya minuman yg di doa'i, kondisi saya semakin membaik lagi. Mbah Narno juga menjelaskan apa yg terjadi dan bagaimana bisa makhluk itu datang kesini.
rupanya, saya udah menganggu kediamanya, belalang yg saya tunjuk bareng temen2 rupanya adalah belalang jadi2'an dan itu mlik makhluk itu. beliau tidak terima dengan apa yg saya lakukan sehingga mengincar saya, sedangkan teman2 saya, tidak di incar
Mbah Narno juga menjelaskan, ada alasan kenapa dia (makhluk itu) begitu ingin saya, itu karena, saya punya darah hangat bahasa jawanya, "Anget getih" , ketika beliau mau menjelaskan, rupanya bapak menghentikan Mbah Narno seolah-olah bapak gak mau saya denger itu.
lain kali, saya bakal ceritain maksud Anget Getih itu. karena ini menyangkut masa lalu saya, jauh ke masalalu bahkan saat saya baru bisa jalan. tapi sabar ya.

intinya, Mbah Narno mulai sekarang akan mengawasi saya, dan melarang keras saya untuk mendekati tempat itu, bahkan lewat puntidak
saya akhirnya nurut. dasarnya saya memang penurut.

Lalu, apakah semuanya berhenti sampai disini??
jawabanya.

TIDAK SEMUDAH ITU.
saya punya 2 adik, jarak umur adik saya yg pertama cuma 1 tahun setengah, sedangkan adik saya yg bungsu itu 6 tahun, tapi, kata orang2, saya sama adek saya yg pertama sangat mirip, bahkan banyak orang yg selalu salah membedakan kami berdua. disinilah bencana itu datang kembali
Adek saya, gak tau apa2 soal kejadian saya di datangin makhluk itu di kamar, karena saat itu adek saya masih menginap di rumah nenek saya yg masih satu desa. sehingga bapak lupa ngasih tau soal pantangan pergi atau sekedar ke tempat kolam limbah itu. tapi sore itu, adik saya kesana
adek saya kesana ketika ngejar layangan putus. apakah adek saya celaka,

jawabanya tidak.

karena yg di datangi oleh makhluk itu, rupanya adalah saya.

nanti saya lanjutin lagi.
Sorry Sorry, saya baru bisa lanjutin malam ini dan mungkin bakal saya tuntasin, jadi karena ini bakal masuk ke inti ceritanya.

apa yg saya akan ceritakan ini akan sangat panjang karena saya mencoba menyajikan kenangan ini secara detail persis seperti apa yg terjadi dulu
mentions #bacahorror
yg saya inget adalah waktu itu sore hari.

saya meringkuk di atas ranjang sendirian, saya baru aja nangis seharian, karena pagi tadi, nyokap pamit buat kerja keluar kota karena waktu itu, ekonomi keluarga saya benar2 lagi buruk2nya.

nyokap kerja buat bantu bapak.
bayangin aja. saya masih kelas 3 SD dan nyokap gak ada, nyokap bilang akan pulang sebulan sekali tapi bagi saya itu gak cukup, karena saya gak bisa jauh2 dari nyokap.

gak ada yg tau saya nangis seharian, termasuk 2 adik saya yg lebih kecil, mungkin karena mereka belum tau apa2
bapak bangunin saya pas adzhan maghrib, beliau menyuruh saya mandi lalu sholat dan kemudian ngaji, tapi ada yg aneh sama badan saya, karena gk tau kenapa, badan saya kaya berat banget, jangankan untuk berdiri, buat duduk aja gk sanggup, akhirnya saya cuma bisa rebahan sambil mangil bapak
bapak datang. tanya, kenapa saya bangun dan akhirnya saya cerita. pas bapak periksa kening saya, beliau kaget, karena badan saya, panas banget.

adik saya yg paling kecil ikut nenek, jadi di rumah cuma ada bapak sama adek pertama saya, dan waktu lihat adek saya, di belakangnya, ada tu makhluk
saya takut. saya cuma nangis. bapak kebingungan.

bapak terus mijitin saya, bapak baru sadar, waktu akhirnya saya bilang. "arek iku gok kene pak" (anak itu disini pak)

mendengar itu. bapak langsung pergi ke rumah mbah Narno, dia nyuruh adek saya yg kecil jagain saya.
gak henti-hentinya makhluk itu melototin saya. saya udah takut sekali, adek saya gk paham apa2, tapi di sela waktu itu, saya beraniin buat ngomong sama makhluk itu.

ngomongnya gak pake mulut ke mulut, tapi kaya saya bisa ngomong tanpa pake mulut, semacam bayangin kalimat saya dan dia tau
"lapo koe mrene maneh, salahku opo?" (kenapa kamu kesini lagi, salahku apa)

dia jawab pertanyaan saya. walaupun bentuknya perawakan anak kecil tapi suaranya gede. "Koen gak salah, tapi adikmu salah"

"Adikku" saya bingung.

"Adikmu ngerewuki panggonku maneh, sak iki aku nuntut iku"
(adik kamu, menganggu tempatku jadi aku nuntut hal itu sama kamu)

kaget saya waktu dengernya.

"Trus jalokmu opo maneh?" (trus kamu minta apalagi)

"Awakmu" (kamu) jawabnya.

saya semakin takut waktu makhluk itu ngomong itu. "lek aku emoh" (kalau aku gk mau?)
"Adikmu tak gowo" (adikmu tak bawa)

saya langsung bangun dan anehnya saya bisa bangun lagi, saya narik adik saya yg kaya bingung polos lihatin saya.

"Ojok!!" (Jangan) saya teriak sambil nangis.

"Melok aku ae, awakmu gak bakal nangis maneh, akeh koncone gok kunu"
(ikut aku saja, kamu gak akan menangis lagi, banyak temanya disana) makhluk itu masih bicara

kemudian saya bisa denger, Mbah Narno sudah datang, beliau langsung megang kepala saya. "Wes Wes wes. ojok rungokno bujuk rayune demit" (sudah sudah sudah, jangan dengarkan bujuk rayu iblis)
"Awakmu wes tak peringatno, tapi awakmu nantang aku" (kamu sudah saya peringatkan tapi kamu nantang saya tampaknya) Mbah Narno melotot sama makhluk itu.

makhluk itu tidak bergeming. "Aku nuntut janjimu. panggonku di arak arak karo dulurane" (aku menuntut janjimu, tempatmu baru
saja di rusak sama saudaranya)

"Gak isok" Mbah Narno berteriak marah. saya bisa lihat Mbah Narno mengambil keris di pinggangnya, dan saat itu juga saya kaget, ada makhluk besar, hampir tingginya sama dengan tinggi pintu, berbulu lebat dan bermata merah serta bertaring muncul
makhluk itu tepat berdiri di belakang Mbah Narno. tampaknya itu perewanganya Mbah Narno. saya semakin takut waktu melihatnya.

"Aku teko jalok arek iki tok, gak onok niat nantang panjenengan, tapi aku gak mundur blas" (aku datang minta anak ini, tidak ada niat nantang anda) katanya
(tapi ingat!! saya tidak akan mundur sebelum mendapatkanya)

saya gak tau apa yg terjadi, tiba-tiba saya seperti di pukul keras sekali, kalau kata bapak yg menyaksikan waktu itu, badan saya katanya di tabrakkan ke tembok entah oleh siapa. begtu saya bangun, saya lihat matanya bapak merah
tampaknya bapak baru saja menangis.

Mbah Narno di samping saya, beliau tampak bersimpati, saya masih gak tau apa2, kaya linglung, saya juga lihat ada isteri mbah Narno.

"awakmu kangen Mak ta ngger?" (kamu kangen ibuk ta nak?) kata Mbah Narno, saya bingung, kok bisa tau
trus Mbah Narno bilang bahwa nyokap saya sedang dalam perjalanan pulang jadi gak usah sedih lagi.

saya langsung seneng mendengarnya tapi saya masih lihat bapak masih sedih.

"lapo to pak, kok koyokane sedih ngunu" (kenapa ta pak, kok kaya sedih gitu?)
Mbah Narno lah yg menjawab. "Awakmu sabar dilek yo, mari iki bakal dadi malam dowo kanggo awakmu" (kamu sabar dulu ya, habis ini akan jadi malam yg panjang untuk kamu)

saya masih gak ngerti maksud Mbah Narno, tapi semua terjawab waktu ada yg masuk.
itu adalah paman saya. "Pak De No" saya biasa manggil De no, De no begitu datang langsung memeluk bapak kemudian datang ke tempat saya yg terbaring.

"sopo wani-wani nyandak ponakanku. tak keplekne sak iki" (siapa berani berani mau mengambil keponakanku, mau tak habisi disini)
saya gak pernah melihat De no semarah ini.

di antara keluarga besar saya, sejak kecil semua orang desa tau, kalau Mbah Narno adalah tetua dan orang pintar disini, maka De no, yaitu om saya, adalah juru kunci desa saya.
Mbah Narno dan de no berbicara berdua, tapi saya bisa denger yg mereka omongin. katanya. makhluk itu ada di dalam tubuh saya.

saya kaget bukan kepalang waktu denger. karena saya sendiri gak ngerasain apa2/
Mbah Narno juga membahas kalau saya getih anget jadinya makhluk itu gak bisa ngambil alih tubuh, hanya berdiam diri biar makhluk itu tidak bisa di apa-apakan sama Mbah Narno.

Mbah Narno juga sudah mencoba memberi perintah sama Joko Gemblung, yg saya perkirakan makhluk hitam tadi
tapi, makhluk itu lebih licik. kalau dia ingin melukai dia maka saya juga akan kena imbasnya, karena makhluk itu bersembunyi dalam tubuh saya.

wajah deno merah padam, beliau meminta air di campur garam dan terus mnerus berkumur dengan itu sambil sesekali bertanya hal aneh ke arah saya
pertanyaanya seputar. "sopo koen?" "tak ajorno pisan koen wes wani nyandak keluargaku"

(siapa kamu) (tak hancurkan kamu bila berani menyentuh keluargaku)

Mbah Narno hanya bilang bahwa harus sabar, mereka gak bisa berbuat apa2 sebelum nyokap saya pulang.
jam 5 subuh, nyokap baru datang. wajahnya sedih mau nangis, begitu di kabari beliau langsung nyari bus untuk pulang. saya inget waktu itu, nyokap langsung meluk saya gak henti-henti.

Mbah Narno yg pertama berdiri. beliau bilang kalau mobil di luar sudah menunggu.
saya tambah bingung. apa maksudnya mobil.

ternyata ada mobil carry tua menunggu kami. Mbah Narno dan deno masuk. kemudian saya dan nyokap.

bapak cuma berpesan agar saya yg kuat.

saya di gendong sama bapak ke mobil, tapi bapak gk ikut karena mobilnya terbatas selain itu ada adik saya
saya gk bisa merasakan kalau ada makhluk itu di tubuh saya, tapi saya bisa tau kalau badan saya lumpuh. gk bisa di apa2in.

berangkatlah saya di dalam mobil. sepanjang perjalanan saya cuma di peluk nyokap yg masih nangis. Mbah Narno sama De no cuma diem. saya akhirnya tanya.

"kemana?"
"Jauh" jawab de no ketus.

saya gk inget sepanjang perjalanan, yg saya tau cuma perjalananya lama sekali, hampir 6 jam, terakhir sebelum sampai, saya masuk ke jalanan yg samping kiri kanan hutan.
sampailah saya di sebuah rumah di daerah kampung.

kampungnya sendiri masuk ke hutan. kiri kanan rumah sederhana dari bambu. saya masih bingung. ketika mobil berhenti, saya bisa lihat, seseorang keluar dari sebuah rumah gubuk.

perempuan, sudah tua. di bibirnya ada warna merah2
dia ngelihatin saya dari luar mobil.

wajahnya tua sekali, mungkin umur 70 tahun atau lebih. dia bicara pakai bhs jawa medok. "jupukno wit kelor iku ndok" (ambilkan aku daun kelor nak) dia bicara sama perempuan, umurnya mungkin 15 tahunan. masih muda
begitu dia megang daun kelor, dia menghampiri saya, di pukulkan itu daun kelor ke kaki tangan saya. anehnya, saya bisa berdiri setela itu.

Mbah Narno sama Deno mencium tangan wanita asing itu. sebelum bicara, orang itu sudah tau semuanya, dan bahkan dia tau siapa yg menganggu saya
di dalam, wanita itu cuma ngelihatin saya. tampangnya gk berekspresi, kemudian dia mengatakan "Pancen anak'ane Ulo, jalok di pites ben ngerti sopan santun" (memang dasar anak'anya ular, gak pernah di ajari sopan santun, minta di injak ini)

saya masih bingung
disitu saya baru tau, kalau wujud makhluk itu sebenarnya adalah ular.

Mbah Narno yg pertama bicara. "yo opo iki nyai, opo di pekso metu" (gimana ini nyai, apa di paksa keluar)

"Gak isok" jawab wanita itu tegas (Gak bisa). "Ulo iku lunyu koyok welut"
"opo maneh, arek iki getihe uanget. aku ae sampe eroh langsung mek nontok pisan" (ular itu licin kayak belut. apalagi anak ini darahnya hangat, aku saja langsung tau sekali lihat)

wanita itu kemudian melihat de no "kowe kok gak ngomong ndue dulur koyok ngene"
(kamu kok gak bilang, punya keluarga yg kaya begini)

deno yg orangnya tegas tiba2 pucat. "kulo mboten mikir adoh nyai, yo tak kirodi ilangi mata ati'ne wes cukup" (saya tidakberpikir sejauh ini nyai, saya kira di hilangkan saja mata batinya sudah cukup)

wajah wanita itu merah
seperti ingin marah. kemudian dia membentak. "Goblok" "kudune nek kepingin ngilangi yo gak ngunu carane." (harusnya kalau ingin benar2 menghilangkan gak begini caranya)

setelah itu, saya dan nyokap di suruh istirahat, di sebuah kamar. sementara Mbah Narno, deno dan wanita itu
pergi.
sore menjelang maghrib, saya di bangunin nyokap, di ajak makan, kemudian balik ke kamar. di situ saya baru di kasih tau kalau nama wanita yg membantu saya tadi namanya Nyai Asih. beliau bukan dukun. hanya seorang biasa, tapi sering di mintai tolong orang lain, kabarnya beliau sakti
nyokap tanya kapan Mbah Narno, deno dan Nyai asih kembali. perempuan itu hanya bilang, mungkin malam.

saya gak tau kemana mereka pergi, perempuan itu tampak mempersiapkan sesuatu kaya semacam air yg di peras entah dengan daun2 an.
ketika dia menghampiri saya, perempuan itu bilang. ini untuk menghangatkan badan. airnya keruh, ketika di minum rasanya pahit nyaris kaya jamu.

setelah menunggu lama, sampe akhirnya saya ketiduran, saya kaget waktu nyokap bangunin.

di ruang tamu, Mbah Narno sudah menunggu
beliau menggandeng tangan saya, nyokap di suruh tinggal disni.

ketika saya keluar, saya bisa lihat deno, Nyai asih dan seorang lagi. lelaki berjanggut putih.

wajah lelaki ini mirip lelaki tua pada umumnya, hanya saja, tampaknya beliau ramah tidak seperti nyai asih yg cemberut
mereka ngajak saya jalan2 malam. Mbah Narno di kanan saya sama deno, di samping kiri lelaki itu dengan Nyai Asih.

tidak ada percakapan apapun. jalanan yg saya tempuh banyak pohon2 besar, dan jujur saya takut, karena kaya sedang di awasin.
"gak popo2 , onok aku gok kene" (tidak apa2, ada saya disini) kata lelaki itu.

Nyai Asih hanya mengatakan, kalau, nyaris semua makhluk disini membenci saya, lebih tepatnya apa yg saya bawa, yaitu makhluk itu, tapi karena saya gk bisa lihat jadi cuma bisa merasakan.
lama berjalan, akhirnya saya sampe di pendopo.

kaya semacam rumah tapi hanya ada satu ruangan. harumnya wangi, dan ketika saya masuk, saya pusing sekali nyaris pingsan, tapi Nyai asih masukin benda yg biasa dia gigit ke mulut saya
jijik awalnya. itu benda biasa di gigit wanita tua itu tiba2 di masukin ke mulut saya, rasanya pahit. sangat pahit malah.

"cokoten iku" (gigit saja itu)

di dalam ruangan itu, cuma ada tempat tidur di tengah. saya, di suruh rebahan tidur.
Mbah Narno duduk bersila, sementara deno hanya berdiri di sisi lain, Nyai Asih dan lelaki asing itu mengawasi di pinggir.

setelah semua pintu dan jendela di tutup, saya bisa mencium aroma bunga yg menyengat.
"pertama. bukak mata batine" kata lelaki itu.

Nyai asih masih memandangi saya tanpa ekspresi, sementara lelaki itu, nyentuh mata saya, dia nyuruh saya merem. saya nurut.

saya gak bisa lihat apa2. cuma denger suara mbah Narno dan deno komat-kamit.

pelan, kepala saya kaya di tekan. sakit.
saya sampe teriak. kepala saya kaya di injek2 sama orang. padahal itu cuma tangan lelaki itu yg nempel di mata saya. setelah saya teriak2 kenceng, akhirnya di lepas.

ruangan yg awalnya cuma diisi 4 orang, tiba2 jad rame. saya lihat makhluk yg wujudnya aneh2. ada yg kepalanya mirip sapi
sampe ada yg gak punya wajah.

saya merem lagi. tapi lelaki itu, ngomong. kalau mereka kesini gara2 apa yg saya bawa.

selanjutnya, lelaki itu menjelaskan, dia bakal pergi dari tempat ini dengan yg lain, ninggalin saya disini sendirian sama makhluk2 itu. saya, nangis kenceng
mereka beneran pergi. saya yg mohon2 sama Mbah Narno dan deno sama sekali gak di gubris. mereka cuma meluk saya, terus pergi gitu aja, nutup pintu.

di tempat itu, saya cuma meringkuk, nutup wajah pake lutut. gak bisa saya bayangin lagi kejadian waktu itu. sampe sekarang saya masih lemes
kalau inget kejadian itu.

tapi anehnya, saya gak di apa2in, saya cuma di pelototin doang, lama saya disana, hampir sepanjang malam kalau seinget saya, sampe, saya kaget waktu ada yg gedor-gedor jendela sama pintu. keras banget, suaranya bikin saya teriak2 nangis.
terakhir yg saya inget, saya lihat Mbah Narno dan deno megangin tangan dan kaki saya, sementara Nyai Asih megangin kepala saya.

Badan saya?

gak karuan. tempat itu udah sepi lagi, tapi sakit sekali badan saya, kaya ada ribuan makhluk ada di dalam tubuh saya.

saya cuma denger nyai Asih bilang
"TAHAN NGGER TAHAN"

rupanya, semua makhluk itu baru aja di kumpulin sama nyai Asih, deno sama Mbah Narno. mereka di kumpulin buat di masukin ke tubuh saya.

Iya tubuh saya yg kecil ini, di isi makhluk sebanyak itu.

saya Jerit. tangan Nyai asih rasanya panas sekali, kaya bikin kulit
kulit saya melepuh.

setelah itu, saya gak inget apa2 lagi. karena bangun2, saya udah di kamar sama nyokap. kejadian semalam kaya mimpi bagi saya.

Nyai asih masuk kamar dan kemudian duduk di samping saya. kali ini, saya bisa lihat dia senyum. giginya rupanya ompong. suaranya serak,
sepertinya semalam adalah hari yg melelahkan bagi beliau, harus berteriak2 supaya saya tahan rasa sakit itu.

"Untung koe ngger isok nahan, Ulo iku gak gelem ngaleh basi di ajar sak munu akehe demit seing tak lebokno"
(untung kamu bisa bertahan, ular itu tidak mau pergi meskipun di hajar oleh setan sebanyak itu yg tak masukkan ke badan kamu)

disini, beliau memberi tau. soal maksud getih anget dan kenapa de no dulu sempet melakukan hal itu.
ceritanya masih panjang. lanjut apa besok aja ya???
Ya udah saya Lanjut.

Nyai Asih hanya bilang kalau punya getih anget itu hal yg tidak bagus, karena dasarnya, ada manusia yg begitu di sukai Jin atau setan dan sebangsanya, getih anget atau darah yg hangat ini bisa memancing makhluk itu untuk masuk ke tubuh, menguasainya, tapi
tapi, masalahnya, gak ada yg tau apakah si getih anget itu tiang kembar, maksudnya itu jodoh.

begini saja biar tidak bingung. pernah lihat manusia yg kerasukan jin dan jinya tidak mau pergi, bahkan sudah di rukiah puluhan kali tapi jin tidak bergeming untuk pergi
si manusia pastilah si getih anget dan jin yg sudah masuk itu adalah tiang kembar, alias sudah berjodoh.

jadi kabarnya jin atau makhluk sebangsanya ini bisa merasuki orang2 tertentu yg terutama di cari adalah si getih anget ini. jadi seandainya begini, ada jin yg mengincar saya
kebetulan jin itu ternyata tiang kembar saya, sudah. selesai, nyai Asih tidak akan bisa berbuat apa2.

tidak ada yg bisa di lakukan lagi, kecuali. mati. saat manusia itu mati, si jin juga selesai. disini saya cukup ngeri mendengarnya, nyai Asih bercerita, pernah ada kasus ini
seorang wanita tua. umurnya kisaran 40 tahun, dan dia adalah getih anget. dia di incar oleh seseorang yg kebetulan tahu bila si wanita adalah getih anget, ada sebuah benda yg sengaja di tinggalkan di rumah wanita ini, ketika di buka, jin itu masuk ke tubuhnya.
suaranya berubah, dan kerjaanya setiap hari hanya meracau. keluarga ketakutan, mereka bahkan mengadakan pengajian rutin dan memanggil orang pintar untuk merukiahnya.

dan hal yg bikin saya ketakutan ngeri adalah, ketika di bacakan ayat2 al Qur'an
si Jin justru tertawa, mengejek dan memberi tahu kalau cara bacanya salah, dia kemudian ikut membaca ayat-ayat itu, lebih fasih, konon dia tidak akan bisa di usir dengan cara apapun. banyak orang yg mencoba mengusir tapi selalu gagal. sampai akhirnya di bawalah ke nyai Asih
Jin yg masuk berusia ribuan tahun, datangnya dari timur tengah, dan jin nya memang sedang mencari jodohnya, kebetulan bertemulah dengan wanita ini yg ternyata berjodoh.

hampir sebulan nyai Asih mencoba berbagai cara dari membujuk, membuat kesepakatan, tapi jin itu ridak bergming
bahkan Jin itu menertawai Nyai Asih dan nyebut nyai asih itu cuma manusia dengan ilmu secuil biji kurma.

akhirnya nyai Asih menyerah, dan wanita itu menjadi gila. sudah tidak tertolong. sejak saat itu Nyai Asih begitu waspada bila tau ada getih anget di sampingnya, jangan sampai
si getih anget bertemu dengan pinang kembarnya.

lalu bagaimana bila getih anget bertemu dengan jin atau makhluk yg bukan pinang kembarnya?

nah, disini, nyai Asih memberi tahu, bila si makhluk hanya dapat mendekam di dalam tubuh itu, menempel seperti parasit,
dia akan terus disana, karena menempel pada getih anget itu berbeda dengan menempel pada orang biasa.

getih anget tidak dapat di ambil alih kesadaranya oleh sembarangan makhluk semacam itu.
jadi getih anget itu kebal terhadap kerasukan.

ada beberapa getih anget yg menggunakan keistimewaanya dengan memelihara atau lebih di kenal dengan pegangan, biasanya pegangan ini siluman dari golongan jin
terakhir, Jin yg memegang nama sebagai tiang kembar itu kata nyai Asih levelnya sudah bukan jin sembarangan, biasanya ilmunya sudah sangat2 tinggi dan umurnya ribuan tahun. dan bila dia memegang wilayah, bisa langsung jadi rajanya, begitu di takuti bangsanya
saya yg merinding mendengarkan itu lantas bertanya. "apakah selamanya saya seperti ini, di incar"

Nyai asih hanya diam kemudian berucap. "engkok yo le. isok di awu2 tapi gak isok di ilangi"(nanti, tapi bukan sekarang, sebenarnya bisa di samarkan tapi tidak dapat di hilangkan}
"No engkok bakal gowo awakmu mrene nek wes wayahe" (nanti, pak dhe kamu akan membawamu kesini lagi jika sudah waktunya)

saya penasaran dengan nasib ular yg merasuki saya.
Nyai asih hanya mengatakan "Wes mari. wes di temokno nang Rojone, Maha Ratu" (sudah selesai. sudah di pertemukan dengan rajanya, maha ratu)

sebelumnya, saya pernah dengar mbah Narno mengatakan maha ratu jadi saya bertanya sama Nyai Asih.
beliau mengatakan bahwa, Pabrik Gula yg luasnya seperti itu, apa di pikir hanya di tinggali satu makhluk, disana ada kerajaanya, dan ular ini itu adalah anakanya dari ular yg lebih besar, wujudnya, wanita dengan bagian bawah ular. itu pun dia bukan rajanya
Rajanya, ada di tengah2 pabrik, antara Zona timur dan Zona barat. jadi, bila sudah di pertemukan dengan rajanya, biasanya ular itu akan di usir agar tidak berada di wilayahnya lagi, kalau masih nekat, ya selesai ular itu di habisi rajanya.
jujur saya masih penasaran maksud rajanya ini, dan kerajaan yg konon ada di pabrik gula ini. tapi saya urungkan, yg terpenting, saya udah bersih dan tidak akan di ganggu lagi.
saya balik sama Mbah Narno, deno dan nyokap. pas di jalan, saya inget, kenapa saya gak lihat lelaki berjanggut itu lagi.

Mbah Narno mengatakan, kalau itu, adalah Jin yg selama ini ikut Nyai Asih, Jin muslim, dan dia yg membantu mengeluarkan Makhluk itu, alias ikut masuk ke tubuh saya
saya cuma diem. saya kecil sekali bila di bandingkan orang2 ini, pengetahuan saya hanya sebatas bahwa memang ada dunia lain yg hidup berdampingan dengan saya. selama ini ada dunia yg gak kita ketahui rupanya.
begitu sampe di rumah, adek saya di kasih tau bapak untuk tidak bermain di dekat pabrik lagi termasuk saya, nyokap gak jadi kerja dan akhirnya tetap tinggal sama saya.

tapi, semenjak saat itu, saya jadi bisa ngerasain hawa keberadaan mereka. saya sangat sensitif terhadap hal seperti itu
terakhir. saya ketemu Endah suatu hari dan dia bilang, waktu lewat rumah saya, dia lihat dari jauh, ada Wanita bertubuh ular, ngelihatin rumah saya dari jauh.

saya cuma bisa merinding mendengarnya, dan milih gak komentar soal itu
lain kali saya bakal ceritain , Kerajaan yg ada di Pabrik itu. selama saya hidup sampe saat ini, saya denger banyak kisah yg gak kalah bikin merinding tiap mendengarnya, tapi gak sekarang.
akhir kata, saya cuma berpesan. hiduplah dengan dasar bekal agama yg kuat, dan terkadang selalu ingat bahwa tidak ada yg lebih besar dari kuasa Allah, karena bagaimanapun, hanya dia lah yg maha tau dari segala yg ada di muka bumi ini. akhir kata saya akhiri thread ini. Wassallam

Share this :

Previous
Next Post »
0 Komentar